Kepada Masalalu, sampai saat ini kaubelum juga membalas kerinduanku, padahal aku tahu, kaupun merindukanku, ya…aku tahu dari senja yang selalu mengabarkan segala hal tentang dirimu.
Barangkali, ketika membaca surat ini, kausedang menertawakanku, di benakmu pasti terbersit,
Kau pasti telah pandangi aku dengan sebelah mata, entah mata kiri atau kanan, karena itu engkau jadi melupa satu hal, meski aku hanya rahwana aku juga memiliki sepotong hati untuk mencinta
Pernahkan engkau membaca sajak yang kukirim untukmu wahai sang Dewi Shinta? Atau surat pengakuanku atas kekalahan terhadap Sri Rama,
Tepi waktu untuk Menunggu menjadi hal membosankan bagiku
Menunggu sesuatu yang sudah pasti terjadi padaku
Ku tolak takdir mungkin hanya seperti diksi yang setiap malam ku literasikan padamu
Kamu istriku bukan musuhku