Menunggu di stasiun jurang mangu
Entah siapa yang di tunggu
Orang-orang datang dan berlalu
Ku termangu di kursi tunggu
Ku lihat sepasang anak muda
Mereka saling bertatap mata
Seperti ingin berpeluk mesra
Sebelum kereta memisahkan cintanya
Kenapa ingatan begitu rapuh?
Mungkin cinta mereka sempurna
Atau hanya sekedar mata dusta
Hatiku berkata " tapi asmara akan sering merana"
Mataku beralih menatap rel kereta lalu lenyap
Menjauh di dalam gelap
Di mana ujung perjalanan,
Kapan akhir penantian ?
Roda-roda besi mendadak menderit
Tepat ketika jauh di hulu hati yang begtu sakit
Kakiku bergerak menuju gerbong
Bersama dengan hati yang telah kosong
Cahaya langit berkelebat dalam gelap
Serupa harapanku yg telah lenyap
Roda besi mulai melaju
di atas 2 garis yang di tuju
Berjalan bersama tapi tak saling bertemu
Mungkin terlalu berat menahan beban
Hingga ada saat di suatu persimpangan
Kau akan bertemu lain garis yang nyaman
Sedang aku yang sibuk mengingat masa lalu
Cukup ku-kenang sebagai pengantar esokku
Mungkin kita hanya penumpang
Duduk berdampingan tapi tak berbincang
Dalam gerbong berisik , aku ingin berbisik
Padamu untuk hati yang telah kau usik
" TETAP MELAJULAH DENGAN ASYIK "
TIDAK, Aku tau tidak ada kereta mata air
Aku hanya petualang yang singgah untuk parkir
Lalu kembali melaju hingga akhirnya
Kita berbeda ara tuju dengan selipan rasa rindu
Jadilah masinis untuk kereta waktumu
Jangan menangis jika kita ter ber- sua suatu waktu
Sebab dalam puisiku telah penuh bait-bait namamu.
Yk
St. Jurang Mangu, 15 September 2019
No comments:
Post a Comment