Kau pasti telah pandangi aku dengan sebelah mata, entah mata kiri atau kanan, karena itu engkau jadi melupa satu hal, meski aku hanya rahwana aku juga memiliki sepotong hati untuk mencinta
Pernahkan engkau membaca sajak yang kukirim untukmu wahai sang Dewi Shinta? Atau surat pengakuanku atas kekalahan terhadap Sri Rama,
yang di dalamnya sengaja kutitipkan sindiran bahwa sebenarnya ksatria itu yang dalam sejarah dielu-elukan, telah kalah telak dariku
yang di dalamnya sengaja kutitipkan sindiran bahwa sebenarnya ksatria itu yang dalam sejarah dielu-elukan, telah kalah telak dariku
Daku berhasil mengalahkan ambisi tuk melepas cinta terbesarku terhadap sang Dewi Shinta, tapi Rama tidak!
Kau bisa lihat, bukan? Telah kucukur rasa bahagia, kularung kesedihan dan luka di laut lepas tak berbatas, hal yang tak pernah dilakukan oleh ksatria manapun di seantero jagad raya ini
Telah daku pangkas jalar cinta yang tumbuh di sepanjang pembuluh darahku, yang bahkan Rama sendiri yakin, ia tak akan berani melakukannya
aku bendung airmata menjadi bahana tawa.
Yang mampu mempergidik bulu kuduk siapa yang mendengar, termasuk menepis wangi harum rambut Shinta, yang tiada henti mengikuti di sepanjang lelaku-ku sebagai lelaki
Masihkah engkau menatapku dengan sebelah mata, haii sang Dewi shinta? Tidakkah engkau lihat sisi kelembutanku sebagai pecinta sejati?
Cinta itu milik semua mahluk ciptaan Tuhan
Jadi di mana letak kesalahan manakala hati menjatuhkan pilihan pada sosok perawan pujaan?
Karena cinta , aku rela mengembalikan sang Dewi Shinta.
Kukembalikan ia dengan gerai rambutnya yang tetap panjang, juga leher putihnya yang jenjang
Kubiarkan diri mencair, larut dalam kubangan kepedihan tak berpenghujung
Jadi kukatakan kepadamu, sekali lagi
sebenarnya akulah sang pemenang itu, akulah sang pejuang gigih yang rela menyongsong kematian dengan sepenuh kerinduan
SANG DEWI SHINTA
- Yk -
Pekanbaru, 24 Januari 2019
No comments:
Post a Comment