Friday, 16 May 2014

Belajar peradaban Islam Di Eropa ( 99 cahaya di langit Eropa )

 Aku teringat kata sahabat Ali RA:
Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra di mana banyak ciptaan ciptaan Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu; dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.(Ali bin Abi Thalib RA)


(Aku mengucek-ucek mata. Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus itu terlihat biasa saja. Jika sedikit lagi saja hidungku menyentuh permukaan lukisan, alarm di Museum Louvre akan berdering-dering. Aku menyerah. Aku tidak bisa menemukan apa yang aneh pada lukisan itu. "Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum," ungkap Marion akhirnya.) 
**Hanum salsabiela

Saturday, 10 May 2014

Makna sebuah idealisme

 

Dan kamu bilang kamu telah cukup banyak mengajariku tentang idealisme 

Tentang kekuatan sebuah karakter untuk bertahan dalam situasi paling pelik sekalipun

Kupikir…

Mendengar kalian bicara di masa lalu itu
Tentang arti sebuah bangsa dan koar-koar makna kebangsaan
Sudah cukup membekaliku menghadapi rimba kehidupan di masa depan
Masih kuingat…


Teriak-teriak lantangmu di hadapan masa yang membajir peluh di bawah terik matahari
Menyuarakan tentang semangat untuk merubah bangsa ini
Yang kecintaamu kala itu dipersembahkan dalam makna sebuah orasi
Kukira…

Friday, 9 May 2014

Hidup Itu Tentang Fluktuasi

Apa yang kita rasa tentang kehidupan adalah semua warna yang tertuang didalamnya. Kadang ada pelangi yang melengkung indah, langit membiru, semilir angin yang melembut. Di kali yang lain, ada kelabu tergores, guntur bernyanyi dan angin yang berubah membadai. Tak ada manusia yang selamanya gagal dalam hidup, dan tak ada pula manusia yang selamanya sukses disetiap detik. Masing-masing kita memiliki qadar yang berbeda. 

Seperti sidik jari yang tak sama. Ada dia yang sukses dengan akademik, ada pula mereka yang sukses dengan perniagaan, ada yang mengambil bagian dalam perjuangan, ada yang mengabdikan diri untuk satu bidang dan masih banyak lagi segmen yang harus diisi. Maka, itulah hidup. Tugas kita bukan menggerutu, tapi kita bertugas menyusun langkah menikmatinya.

Pernah berdiri dibalik jendela? Entah dirumah, di kampus, di masjid, atau angkot sekalipun? Sesekali lemparkanlah pandang keluar jendela yang mungkin setiap hari engkau pandangi tanpa teliti. Mungkin dibaliknya ada cerita, cerita yang tak mampu engkau lukiskan dengan kata namun bermain dalam benakmu. Perhatikan mereka yang berlalu, pergi dan datang silih berganti. 

Saturday, 3 May 2014

Review Buku: Perempuan Suci (Qaisra Shahraz)

Tradisi kuno tentang Perempuan Suci atau Shahzadi Ibadat  memang tak banyak dikenal luas. Namun tradisi ini telah berhasil ‘memasung’ hak manusiawi perempuan di Pakistan, tepatnya di Sindu  selama turun temurun. Tradisi Perempuan suci yang salah kaprah  mengatasnamakan agama Islam untuk melarang perempuan menikah. Sang perempuan suci dalam tradisi ini disebutkan hanya boleh menikah dengan Alquran. Lalu mengabdikan hidup hanya untuk menjadi ulama yang menyebarkan agama Islam. Sebuah tradisi turun menurun yang mengatasnamakan Alquran dan Islam namun jelas-jelas bertentangan dengan keduanya.

Awalnya saya ragu apakah saya bisa menamatkan buku setebal 710 halaman ini tanpa rasa bosan di tengah-tengahnya. Ternyata saya keliru, buku ini justru menarik saya untuk membaca dan terus membaca hingga usai. Saya tak menyangka ternyata Shahzhadi ibadat, seorang perempuan suci yang digambarkan sebagai bentuk tradisi kuno masyarakat Chiragpur (di negeri Pakistan) merupakan rekaan penulis dan ia berhasil membuatnya seakan terasa nyata adanya. 

Tersesat Dalam Dunia Yang Kembali


Oleh : Yopie Kristiyanto

Terbang rasanya, obat tidur yang kuminum sejak rasa yang dulu mulai kembali, ya ku bilank ini obat tidur, ketika aku lupa bagaimana bahagia itu, mungkin sedikit mulai ku kenal lagi dengan rasa bahagia yang mungkin sesaat, entah dari mana awalnya dan sampai kapan berakhirnya, tubuhku selalu mulai terseok-seok di setiap malam, meski aku terkadang berfikir begitu tidak bergunanya semua ini, tp disini ku merasakan dunia tersesat kembali pada diriku, ketika dulu aku menjadi sosok yang banyak didengar orang-orang.

Harapan yang terbesar dalam brainku adalah ketika bahagia tanpa dinda, harapan sosok makhluk yang mulai datang satu-persatu dalam dunia ku, kuharap mereka pun bisa merasakan semua itu juga, bodoh dan pembodohan yang kini ada dalam analogi ku, entah kenapa aku mulai tersesat kembali dijalan kebahagian yang begitu singkat, dunia yang mulai membuktikan kekejamannya pada saya dan mereka, demi cinta kutulis semua ini dengan butiran lelah dan air mata yang tiba-tiba terjatuh di depanku.