Almarhum tidak cuma pantas dikenang kegigihannya dalam melakukan
perlawanan terhadap penjajah Israel. Ucapannya pun tak bisa dilupakan.
Banyak di antara pernyatannya yang sangat menggugah. Aksi barbar
dilakukan oleh Israel ba’da Shubuh hari Senin (22/3) lalu. Tiga rudal
melesat dari sebuah helikopter, menghancurkan tubuh renta pimpinan
spiritual Hamas, Syeikh Ahmad Yasin. Serangan itu adalah upaya kesekian
kali untuk mengakhiri hidup figur kharismatik yang saban hari tak bisa
lepas dari kursi roda itu. Tanggal 6 September 2003, rudal juga pernah
ditembakkan ke arah Syeikh Yasin. Saat itu almarhum hanya luka tangan
kanannya. Kita ikhlaskan Syeikh Ahmad Yasin menemui syahid. Insya Allah
akan muncul Ahmad Yasin Ahmad Yasin berikutnya. “Hamas akan terus
tumbuh, mengakar tidak saja di Palestina dan dunia Arab, bahkan di
dunia,” ujarnya suatu saat. Kata-katanya yang menggugah akan terus
dikenang para pejuang Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Sesungguhnya aku, seorang tua yang lemah, tidak mampu memegang pena dan menyandang senjata dengan tanganku yang sudah mati (lumpuh). Aku bukan seorang penceramah yang lantang yang mampu menggemparkan semua tempat dengan suaraku (yang perlahan ini) Aku tidak mampu untuk kemana-mana tempat untuk memenuhi hajatku kecuali jika mereka menggerakkan (kursi roda)-ku Aku, yang sudah beruban putih dan berada di penghujung usia.
Aku, yang diserang pelbagai penyakit dan ditimpa
bermacam-macam penderitaan Adakah segala macam penyakit dan kecacatan
yang tertimpa ke atasku turut menimpa bangsa Arab hingga menjadikan
mereka begitu lemah. Adakah kalian semua begitu, wahai Arab, kalian diam
membisu dan lemah, ataukah kalian semua telah mati binasa Adakah hati
kalian tidak bergelora melihat kekejaman terhadap kami sehingga tiada
satu kaumpun bangkit menyatakan kemarahan karena Allah. Tiada satu
kaumpun (di kalangan kalian) yang bangkit menentang musuh-musuh Allah
yang telah mengobarkan perang antarbangsa ke atas kami dan menukarkan
kami daripada golongan mulia yang dianiaya dan dizhalimi kepada pembunuh
dan pembantai yang ganas.
(Tidak adakah yang mau bangkit menentang
musuh-musuh) yang telah berjanji setia untuk menghancurkan dan menghukum
kami Tidak malukah ummat ini terhadap dirinya yang dihina sedangkan
padanya ada kemuliaan. Tidak malukah negara-negara ummat ini membiarkan
penjajah Zionis dan sekutu antarabangsanya tanpa memandang kami dengan
pandangan yang mampu mengesat air mata kami dan meringankan beban kami
Adakah kekuatan-kekuatan ummat ini, pasukan tentaranya,
partai-partainya, badan-badannya, dan tokoh-tokohnya tidak mau marah
karena Allah dengan kemarahan sebenarnya lalu mereka keluar
beramai-ramai sambil menyerukan,
“Ya Allah, perkuatkanlah
saudara-saudara kami yang sedang dipatah-patahkan, kasihanilah
saudara-saudara kami yang lemah ditindas dan bantulah hamba-hambamu yang
beriman!”
Adakah kalian tidak memiliki kekuatan berdoa untuk kami?
Seketika nanti kalian akan mendengar mengenai peperangan besar ke atas
kami dan ketika itu kami akan terus berdiri dengan tertulis di dahi kami
bahwa kami akan mati berdiri dan berdepan dengan musuh, bukan mati
membelakang (dalam keadaan melarikan lari) dan akan mati bersama-sama
kami, anak-anak kami, wanita-wanita, orang-orang tua, dan pemuda-pemuda
Kami jadikan di kalangan mereka sebagai kayu bakar buat ummat yang diam
dalam kebodohan! Janganlah kalian menanti hingga kami menyerah atau
mengangkat bendera putih kerana kami telah belajar bahwa kami tetap akan
mati walaupun kami berbuat demikian (menyerah). Biarkan kami mati dalam
kemuliaan sebagai mujahid Jika kalian mau, marilah bersama-sama kami
sedaya mungkin. Tugas membela kami terpikul di bahu kalian. Kalian juga
sepatutnya menyaksikan kematian kami dan menghulurkan simpati.
Sesungguhnya Allah akan menghukum siapa saja yang lalai menunaikan
kewajiban yang diamanahkan Dan kami berharap kepada kalian supaya jangan
menjadi musuh yang menambah penderitaan kami. Demi Allah, jangan
menjadi musuh kepada kami wahai pemimpin-pemimpin ummat ini, wahai
bangsa ummat ini”.
Tentang nasib rakyat Palestina, Syeikh Ahmad Yasin
memberi 2 alternatif: menyerah atau terus melawan. Kalau rakyat
Palestina mau hidup di bawah penjajahan Israel, maka pilihannya
menyerah. Bila mengharap kemerdekaan dan kehidupan mulia di kemudian
hari, pilihannya hanya melawan.
“Perlawanan ini tidak terbatas. Karena
musuh kita (Israel) menyerang dengan segala bentuk senjata tank, pesawat
tempur, helikopter, roket, dan lainnya. Maka sekarang mengapa kita
harus tunduk untuk membatasi cara kita melawan? Kita yang seharusnya
membatasi senjata yang akan kita gunakan tergantung kemampuan dan
kondisi riil di lapangan. Mereka membunuh di titik kelemahan kita, dan
kita merespons pada titik kelemahan mereka. Mengapa mereka hidup aman di
Tel Aviv, Haifa, Ramlah dan lain-lainnya, sementara kita terus
diserang. Maka tidak ada rumusan aman bagi mereka selama kita tidak
hidup aman dan manusiawi”.
Sebuah wawancara di Majalah Al-Mujtama’
Kuwait dalam peringatan 15 tahun Hamas memperlihatkan bagaimana sikap
Syeikh Ahmad Yasin terhadap upaya perdamaian yang selama ini sering
digembar-gemborkan banyak pihak. Hal itu hanya bentuk kekalahan “banci”
yang justru akan melenyapkan hak-hak fundamental bangsa Palestina. “Kita
harus mengetahui bahwa operasi-operasi jihad dan perlawanan telah
memberikan bangsa Palesina haknya untuk eksis dan membela diri, dimana
Israel tidak mengakui eksistensi kita sebelumnya. Dari Oslo, mereka
(Israel) mengakui otonomi pasca Intifadhah I, dan sekarang mengakui
negara Palsetina. Bahkan partai Likud yang dulu tidak mengakui Palestina
sama sekali, sekarang mengakui negara Palestina, walau tanpa bentuk.
Kita (bangsa Palestina) maju jauh (dari kondisi dulu) dan musuh mundur,
karena operasi-operasi jihad dan resistensi. Mereka menginginkan kita
menghentikan operasi-operasi ini untuk memecah tekad bangsa untuk hidup
merdeka.
Negeri kita dijajah dan ingin kita bebaskan. Kita tidak
menghabisi bangsa Yahudi atau orang selain kita, tetapi yang kita
inginkan adalah negara Islam di atas negeri dan hak kita. Banyak sudah
tokoh-tokoh Hamas yang syahid, Imad Aqil, Yahya Ayyash, Muhyiddin
Syarif, bahkan anak-anak di bawah umur yang terjun ke medan perang
dengan gagah berani. Di mata Syeikh Ahmad Yasin, kesyahidan mereka tidak
membuat spirit juang bangsa Palestina kendor dan buyar. Ketika Ayyash
syahid, arsitek-arsitek lain tumbuh bagai jamur. Gugurnya pejuang tidak
membuat jihad ini berhenti. Ketika satu pejuang syahid, seribu pejuang
baru muncul, dan ini fadhillah buat ummat ini hingga perjuangan terus
berlanjut hingga hari kiamat.
Kemenangan terwujud atau mati syahid.
Generasi pejuang sekarang ini antri untuk mempersembahkan jiwa dan
raganya di jalan jihad, walau perjalanan masih panjang. Memang jalan
penuh dengan bahaya dan kematian syahid adalah jalan menuju kemenangan.
Hamas siap untuk mempersembahkan setiap hari bom syahid sampai 20 tahun
ke depan. Kini Palestina menunggu generasi masa depan yaitu jail
al-tahrir (generasi pembebas). Tidak ada kekuatan dunia yang dapat
mematahkan perlawanan Intifadhah. Tidak Amerika, tidak Israel, dan tidak
ada kekuatan dunia yang dapat memadamkan perlawanan. Penjajah akan
lenyap, insya Allah, dalam rentang waktu dua atau tiga dekade mendatang.
No comments:
Post a Comment