Wednesday, 16 July 2014

Kampus Tangan Besi

Mungkin masalah LDK yang ada disalah satu kampus swasta saya yang satu ini menjadikan saya ingin memasukannya dalam tulisan saya kali ini, terkadang saya selalu mengklaim bahwa ini bukan ranah birokrasi kampus tapi hanya tak jauh beda dengan sebuah sistem pendidikan sekolah menengah, bahkan hingga sering kali pertengkaran saya dengan beberapa kader pun tak terkendali.

Kampus atau perguruan tinggi adalah tempat berkumpulnya para komunitas intelektual. Bagian dari komunitas yang berkecimpung di  dunia pendidikan tinggi tersebut diantaranya adalah mahasiswa. Karena itu sudah sepatutnyalah jika interaksi sosial yang berlangsung di kampus senantiasa bernuansa ilmiah, kritis dan rasional.

Apa kata dunia, Jika di zaman sekarang, saat demokrasi dijunjung tinggi, dan kampus semestinya menjadi mercusuar dalam mengembangkan kehidupan berdemokrasi malah mempertontonkan praktik otoriter dan tiran?

Dikenal ada tiga tipologi kepemimpinan, dalam kasus ini di perguruan tinggi. Pertama, Kepemimpinan kampus Otoriter, kepemimpinan Apatis dan kepemimpinan kampus yang Demokratis. Berdasarkan tiga tipe kepemimpinan kampus ini kemudian mahasiswa dan manajemen kampus dapat menganalisa, masuk dalam kategori manakah kampusnya.

Friday, 11 July 2014

Syeikh Ahmad Yasin

Almarhum tidak cuma pantas dikenang kegigihannya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Israel. Ucapannya pun tak bisa dilupakan. Banyak di antara pernyatannya yang sangat menggugah. Aksi barbar dilakukan oleh Israel ba’da Shubuh hari Senin (22/3) lalu. Tiga rudal melesat dari sebuah helikopter, menghancurkan tubuh renta pimpinan spiritual Hamas, Syeikh Ahmad Yasin. Serangan itu adalah upaya kesekian kali untuk mengakhiri hidup figur kharismatik yang saban hari tak bisa lepas dari kursi roda itu. Tanggal 6 September 2003, rudal juga pernah ditembakkan ke arah Syeikh Yasin. Saat itu almarhum hanya luka tangan kanannya. Kita ikhlaskan Syeikh Ahmad Yasin menemui syahid. Insya Allah akan muncul Ahmad Yasin Ahmad Yasin berikutnya. “Hamas akan terus tumbuh, mengakar tidak saja di Palestina dan dunia Arab, bahkan di dunia,” ujarnya suatu saat. Kata-katanya yang menggugah akan terus dikenang para pejuang Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Sesungguhnya aku, seorang tua yang lemah, tidak mampu memegang pena dan menyandang senjata dengan tanganku yang sudah mati (lumpuh). Aku bukan seorang penceramah yang lantang yang mampu menggemparkan semua tempat dengan suaraku (yang perlahan ini) Aku tidak mampu untuk kemana-mana tempat untuk memenuhi hajatku kecuali jika mereka menggerakkan (kursi roda)-ku Aku, yang sudah beruban putih dan berada di penghujung usia.