Assalamu'alaikum Wr.Wb
“Dakwah dinamis , akademik optimis”,
jargon ini menjadi sebuah keyakinan yang saya terapkan pada pikiran saya
selama di kampus. Semua ini bermula ketika pada tingkat pertama kuliah
saya di ajarkan oleh mentor saya untuk menjadi sosok “teladan ekstrim”.
Maksudnya adalah bagaimana seorang kader dakwah benar benar bisa menjadi
teladan yang mendekati ideal karena dakwah kampus membutuhkan banyak
sosok seperti itu untuk menunjang pergerakanya. Sehingga saat itu saya
meniatkan diri untuk menjadi sosok teladan ekstrim.
Teladan ekstrim ini saya coba turunkan menjadi beberapa indikator, antara lain :
- Bergerak berdakwah tiada henti (kader non-stop hits)
- Mendapatkan Indeks Pretasi (IP) terancam cumlaude
- Dipercaya sebagai pemimpin di antara masyarakat kampus yang heterogen
- Memiliki pribadi yang baik dan diterima oleh semua kalangan
- Memiliki karya tulis yang bisa menjadi inspirasi banyak kader
- Membuka kesempatan untuk berbicara dan menginspirasi banyak orang
Bisa jadi indikator ini bertambah
tergantung kapasitas setiap individu, akan tetapi untuk saya enam
indikator ini saya niatkan untuk bisa dijalankan selama menjalani
kehidupan di dunia kampus. Titik tekan yang saya coba berikan sesuai
dengan jargon di awal “dakwah dinamis, akademik optimis”. Saya ingin
mematahkan pandangan bahwa ketika seseorang bergelut dalam dunia dakwah
kampus secara total maka ia tidak bisa mendapatkan prestasi akademik
yang baik.
Buat saya tentu hal ini sangat tidak
masuk akal ketika seseorang harus mendapatkan IP rendah untuk bisa
memberikan yang terbaik untuk dakwah. Saya justru berpikir seharusnya
dengan dakwah yang baik dan berkah, Allah akan memberikan nikmatnya
berupa kemudahan dalam hal akademik. Karena saya sangat yakin, jika
dakwah ini berjalan dengan berkah tentu pertolongan Allah akan selalu
menemani.
Alhamdulillah atas izin Allah pula enam
indikator diatas saya berhasil memenuhi selama menjalankan kehidupan di
kampus. Dalam tulisan ini saya akan menekankan untuk membahas indikator
satu dan dua dengan memaparkan cara menjaga keseimbangan dalam aktivitas
dakwah dan aktivitas akademik.
Manajemen hati dan pikiran
Orang bijak mengatakan “life is about
mindset”, atau pakar kesehatan sering berpendapat “akar dari penyakit
adalah pikiran dan hati”, ahli motivasi juga berkata “anda adalah apa
yang diri anda pandang tentang diri anda”
Berbagai kata bijak lain sejenis pun
juga bukan hal asing lagi di telinga masyarakat. Dari semua kata-kata
bijak ini bisa di ambil sebuah kesimpulan sederhana bahwa segala sesuatu
tentang keberhasilan ataupun kegagalan selalu bermula dari bagaimana
kita bisa menata hati dan pikiran dengan bijak dan tenang.
Langkah sederhana yang selalu saya
terapkan ke dalam diri saya adalah meyakinkan diri bahwa saya bisa
memberikan yang terbaik untuk setiap hal yang saya lakukan. Meyakinkan
diri bahwa saya bisa menjadi yang terbaik dalam segala hal yang
dikerjakan dan siap memberikan segala yang bisa diberikan untuk mencapai
keberhasilan. Secara tidak sadar, proses meyakinkan diri ini memberikan
sebuah pola pikir baru dan berbuah sebuah karakter dalam diri saya agar
menjadi pribadi yang selalu optimis menghadapi segala sesuatu.
Khusus untuk akademik, saya
meyakinkan diri saya bahwa hanya boleh ada nilai A di dalam transkrip
akademik. Keyakinan ini saya di dukung pula dengan menambah sugesti diri
melalui menuliskan huruf A besar di wallpaper komputer pribadi, menuliskan nilai A ketika sedang iseng dan sebagainya.
Dengan menata hati dan pikiran , diri
ini akan memiliki landasan hati yang kuat dalam berpikir dan bertindak.
Kekuatan pikiran sangat menentukan segalanya, kemampuan diri untuk bisa
merekayasa hati dan pikiran sehingga melahirkan sebuah sugesti positif
terhadap diri merupakan cara yang ampuh untuk bisa menggapai
keberhasilan diri.
Manajemen Fokus
Manajemen fokus adalah cara yang penting
untuk bisa dilakukan oleh aktivis dakwah kampus yang dikenal memiliki
banyak kesibukan di berbagai tempat sehingga kekuatan fokus dengan apa
yang dikerjakan menjadi sebuah kebutuhan tersendiri untuk mengoptimalkan
kinerja.
Saya memandang bahwa inti dari
manajemen waktu adalah manajemen fokus itu sendiri, karena waktu lebih
mudah diatur ketimbang fokus yang beredar di pikiran. Seringkali ditemui
seorang aktivis dakwah kampus yang sudah tidak fokus dan melamun di
kelas karena memikirkan tanggung jawab dakwahnya begitu pula sebaliknya
dimana seorang aktivis dakwah kampus tidak fokus memimpin rapat karena
tugas kuliah yang belum selesai. Dua kejadian yang tidak produktif
diatas adalah hasil dari tidak fokusnya seorang aktivis dakwah. Oleh
sebab itu, manajemen fokus diperlukan untuk bisa menunjang kinerja dan
optimasi hasil dari seorang aktivis dakwah.
Salah satu perangkat pendukung untuk
menunjang manajemen fokus adalah dengan memiliki buku catatan yang
berbeda antara kuliah dan aktivitas dakwah sehingga seorang aktivis
dakwah tidak saling memikirkan yang lain ketika mengerjakan suatu hal.
Selain itu biasakan untuk memulai sesuatu dengan menjadi gelas kosong,
dimana tiada beban pikiran akan aktivitas atau kegiatan lain ketika akan
memulai sebuah kegiatan baru. Biasakan mengambil wudhu dan membaca
lafadz basmallah ketika memulai sesuatu.
Manajemen diri
Inti dari manajemen diri adalah
integritas dan disiplin. Kedua hal ini akan membuat diri anda lebih
yakin, tidak tegang dan percaya diri dalam menghadapi segala hal yang
dilakukan. Seseorang harus mampu menahan ego atau keinginan sesaatnya
dikala sedang berada dalam kesibukan tertentu.
Kebanyakan orang sangat sulit untuk
menolak permintaan bantuan atau ajakan dari orang lain dengan berbagai
alasan. Meski demikian terkadang anda perlu untuk tegas dengan rencana
yang sudah di susun. Intervensi jadwal kegiatan di tengah aktivitas
adalah suatu hal yang perlu dipertimbangkan dengan masak sebelum
menerimanya. Manajemen diri jugsa sangat terkait dengan kebiasaan rutin
yang dijalankan dengan konsisten seperti bangun pagi untuk ke mesjid
atau jadwal untuk istirahat dan belajar. Dengan konsisten akan jadwal
rutin, seseorang akan memiliki standar minimal kegiatan yang
dilakukannya setiap hari.
Tiga pola manajemen sederhana menjadi
kunci agar dapat dinamis dalam dakwah dan optimis melihat hasil indeks
prestasi. Dengannya seorang aktivis dakwah tidak lagi memandang dakwah
sebagai sebuah beban, melainkan sebagai sebuah kebutuhan. Ia menjadi
tertantang untuk menyelesaikan tanggung jawab dakwah yang lebih besar
untuk mengharapkan keberkahan dari Allah.
Ok Ikhwah
fillah yang dimuliyakan Allah ini sedikit celotehan ane, masih banyak
lagi yang mesti harus dibicarakan untuk dakwah ini maka dari itu tunggu
celotehan saya selanjutnya di bangku dakwah yang akan kita rasakan
bersama ... next time or next here
Keep spirit N' Istiqomah
Semangat dakwah Merajut Ukhuwah
Allah Huakkbarr
No comments:
Post a Comment