Tuesday 13 October 2015

Filsafat Cinta ( Riview : Ade Syahid Arif Al-Arsyad )

Seorang pemikir Mazhab Frankfurt Erich Fromm dalam bukunya yang berjudul “The Art Of Loving” menegaskan pentingnya relevansi Cinta untuk menjadi solusi bagi masyarakat kapitalis modern yang telah terdisintegrasi oleh ketimpangan sosial. Bagi Fromm, disintegrasi itu adalah cerminan dari eksistensi manusia yang tidak dapat mengatasi keterpisahan (separateness) ketika cinta itu sendiri tidak mungkin dibahas tanpa menganalisa eksistensi manusia itu sendiri. Menurut Fromm, ”teori apapun tentang cinta harus mulai dengan teori tentang manusia, tentang eksistensi manusia”.

Cinta adalah jawaban bagi problem eksistensi manusia yang berasal secara alamiah dari kebutuhan untuk mengatasi keterpisahan dan “meninggalkan penjara kesepian”. Tetapi penyatuan dalam cinta melebihi suatu simbiosis karena “cinta yang dewasa adalah penyatuan di dalam kondisi tetap memelihara integritas seseorang, individualitas seseorang”. Cinta adalah kekuatan aktif dalam diri manusia, kekuatan “yang meruntuhkan tembok yang memisahkan manusia dari sesamanya”.


Sayangnya Cinta di era kapitalisme sekarang hanya menjadi barang dagangan (komoditas). Begitu banyaknya kisah cinta kacangan diumbar dalam lagu-lagu, sinetron, dan lain-lainnya. Karenanya komersialisasi Cinta semacam itu justru menunjukkan bahwa kata cinta dan prakteknya dalam hubungan sosial mengalami degradasi.


Friday 25 September 2015

Mahar Kekecewaan

Aku ingin memberikan bentuk kasih sayang dengan harapan balasan yang sama, aku ingin seperti layla majnun yang mendefinisikan cinta dengan cara mereka yang menurutku itu tidak biasa, sejengkal pikiranmu mulai terusik dalam imajinasi yang sulit untuk dipahami, pikiran tentang kehidupan berumah tangga yang sebenarnya aku takut untuk melakukannya, aku mulai benci dengan pemikiran-pemikiran tersebut, tapi kupikir egois yang akan mengalahkan semua niat yang ada.


Memilukan mungkin jika harus mengingat kejadian dimalam itu, sikap anak kecilku muncul ketika aku anggap itu sebuah kebijaksanaan dan pengorbanan, hati mulai terusik ketika suara-suara yang di perdengarkan melalui analogi-anlogi yang sebenarnya saya tau dengan begitu jelas maksud dari pembicaraan mereka, entah apa yang aku pikirkan di malam itu.

Wednesday 23 September 2015

Konsep Jilbab Dalam Islam ( Studi Pemikiran K.H Husein Muhammad )

 KUATKANLAH PERKARA YANG BENAR "
 JANGAN BENARKAN YANG KUAT

Status salah seorang akhwat di salah satu media sosial, yang tergabung dalam sebuah golongan agama tertentu membuat saya termenung dan berfikir, karena didalamnya terdapat unsur keterpihakan dalam suatu mazhab tertentu, hal itulah yang nantinya akan menjadi suatu hal yag baik tapi berakibat sebagai pemecah belah sebuah dien,  niatnya begitu bagus tapi politik dakwahnya saya anggap kurang pas dengan tempatnya, dan mungkin sangat kurang obyektif. Memang polemik tentang jilbab selalu menimbulkan kontroversi dalam tradisi hukum Islam. Jilbab selama ini diyakini sebagai sebuah dogma kewajiban agama oleh mayoritas umat Islam yang bersifat Qaţī. Para mufassir klasik menafsirkan jilbab adalah sebuah perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw yang wajib dilaksanakan oleh perempuan muslimah. Jika tidak, maka termasuk dosa besar yang melanggar ketentuan hukum Tuhan.

Namun, pada era kontemporer ada sebagaian pemikir (ulama) yang justru berbeda pemikiranya dengan ulama klasik dalam menafsirkan ayat jilbab. Mereka justru meyakini jilbab hanyalah sebuah bentuk tradisi yang hanya berlaku dimasa Rasulullah Saw, yang bersifat zannī. Dimana jilbab dibentuk oleh tradisi yang melingkupinya, yaitu Arab, yang menjadi tempat diturunkannya ayat jilbab. Para pemikir kontemporer yang berpandangan jilbab hanyalah sebuah tradisi Arab diantaranya, Said al-Asymawi, Muhammad Shahrur, Qasim Amin, Fedwa al-Guindi, Quraish Shihab dan K.H Husein Muhammad. 

Wednesday 2 September 2015

Cerita Yang Membuat Kita Dewasa

Setiap usaha yang ku lakukan, setiap pengorbanan yang mungkin ku berikan, juga setiap butir keringat yang deras mengucur dalam setiap perjalanan. Seluruh pelajaran pertama tentang keikhlasan mulai ku abaikan. Oleh sebab lelah yang teramat, mungkin. Hanya cari perhatian saja, mungkin.

Aku memendam lelah dan ketidakikhlasan itu untuk diriku sendiri selama beberapa waktu, lalu kemarin malam aku menyerah dan membaginya pada kawan-kawan di himpunan, dan kawan-kawan kost.

Pagi ini adalah pagi dimana setiap hari aku melakukan hal yang sama, aktivitas yang sama, tempat yang sama, juga orang-orang yang sama, pagi ini pagi yang ke sekian tahunnya berada di kota ini besama orang-orang dengan berbagai kesibukan, dan seribu kepentingan masing-masing, banyak hal menarik yang telah terlalui, dari mulai cerita cinta, bahagia, canda, tawa, uang, sosial, hingga sampai kejadian aneh.Pagi tadi, ketakutan menghampiriku. Halus, namun terasa benar perihnya.

“Aku takut bahwa orang melihatku terlampau sibuk dan terlalu lelah, padahal sejatinya kedua hal itu tak membawa sedikit pun kemanfaatan untuk dunia dan akhiratku.

Tuesday 27 January 2015

Imajinasi

"Imajinasiku Nyerpen" 

Teruntuk kamu yang terukir di hatiku. Di palung jiwa tak berbatas, dasar, tanpa tepi, tanpa dinding. Berjuta rasa selalu memancing rinduku, selalu bertambah, mengisi dan mengalir begitu saja. Yang kutahu, sepercik rasa itu berawal dari parit yang selalu berharap dapat mengalir ke samudra. 
Hingga akhirnya, dapat kutemukan bebas mengisi palung hati bersama lisan yang basah akan basmalah, hamdalah dan tasbih atas setiamu mengiringiku dalam bayang semu. Aku yang lelah, memintamu duduk, menatapku dan mendengarkanku. Engkau yang indah dengan berlembar-lembar wajah berwarnamu yang selalu memancing rinduku. Entahlah, apakah setelah padaNya, aku berlari padamu. Atau sembari berkeluh padamu, aku sedang bicara padaNya.
Terimakasih telah bersedia untuk mengenaliku, meski di malam suram, fajar kelam, pagi yang gigil, siang yang terik dan senja temaram.  Mungkin palung itu telah penuh oleh perasaan yang aku tak yakin bisa menggapainya bersama waktu. Jikalau samudera itu luas, disana akan terlihat betapa tulusnya cinta, harapan dan keberanian. Menjadi nelayan dan mengayuh bersama kuatnya dayung kehidupan disertai hantaman ombak akan selau menghempaskan perahu cintaku. Perahu cintaku yang semakin kelabu.

Monday 12 January 2015

Spirit Kaderisasi

Jarena Pemimpin yang baik bukan dilihat dari seberapa banyak pengikutnya juga bukan seberapa lama dia memimpin, tapi dilihat dari seberapa banyak dia dapat menciptakan embrio-embrio pemimpin yang baru.

Kaderisasi adalah hal yang sangat vital didalam sebuah organisasi, apalagi sistem pengkaderan sebagai fungsi dalam organ tersebut, maka dapat dipastikan teknik kaderisasi adalah jantung dari organisasi karena hal tersebut yang akan menentukan era kepimimpinan selanjutnya.

Banyak hal yang mungkin dapat dilakukan untuk mencapai fungsi pengkaderan, intepretasi kader inti sangat diperlukan di sini, karena pandangan dari kader inti akan menunjang dan membaut esensi sistem yang akan dibuat nantinya dan hal itu perlu adanya persamaan dealektika formal antar kader, sehingga tujuan yang diinginkan akan tercapai.

Ada beberapa pola pengkaderan yang akan saya tuliskan disini dan insyaallah pola ini pernah saya implementasikan pada saat saya menjabat sebagai bid. Kaderisasi lalu :

Sunday 11 January 2015

Intelektual Spiritual dan Sosial Sebagai Gaya Mahasiswa

 Permasalahan dialektika saya tadi malam dengan salah satu mahasiswa suatu organ internal, yang menemukan kesulitan untuk menuai dan menguraikan permasalahn yang ada untuk menjadi tujuan dan fungsi dari sebuah organisasi, kembali ingin rasanya untuk saya tulis, mungkin sudah menjadi masalah yang cukup lama dan sudah jadi bagian kultur, tapi tidak ada salahnya jika saya ingin mencoba membaut esensi itu kembali.

Mahasiswa mempunyai peranan majemuk. Di salah satu sisi, ia harus berupaya menjadi pribadi yang sukses. Di sisi yang lain, ia adalah mahluk sosial yang harus berinteraksi dengan orang lain. Untuk menjadi pribadi yang sukses maka ia harus belajar mencapai target-target pribadi, misalnya lulus tepat waktu, lulus dengan IP yang cukup, mempunyai ketrampilan dan keahlian di bidangnya, serta memiliki keseimbangan kecerdasan di semua aspek baik intelektual, emosional maupun spiritual. Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang bersifat matematis, analitis, terstruktur. Kecerdasan emosional berarti kemampuan untuk mengendalikan diri (emosi) ketika berinteraksi dengan orang lain/ ketika menyikapi suatu kejadian serta kemampuan untuk berpikir lateral (kreatif). Sedangkan kecerdasan spiritual mengandung makna tentang penghayatan dan pemahaman yang mendalam tentang hakekat hidup, kebahagiaan dan keberhasilan sejati.