Wednesday 2 September 2015

Cerita Yang Membuat Kita Dewasa

Setiap usaha yang ku lakukan, setiap pengorbanan yang mungkin ku berikan, juga setiap butir keringat yang deras mengucur dalam setiap perjalanan. Seluruh pelajaran pertama tentang keikhlasan mulai ku abaikan. Oleh sebab lelah yang teramat, mungkin. Hanya cari perhatian saja, mungkin.

Aku memendam lelah dan ketidakikhlasan itu untuk diriku sendiri selama beberapa waktu, lalu kemarin malam aku menyerah dan membaginya pada kawan-kawan di himpunan, dan kawan-kawan kost.

Pagi ini adalah pagi dimana setiap hari aku melakukan hal yang sama, aktivitas yang sama, tempat yang sama, juga orang-orang yang sama, pagi ini pagi yang ke sekian tahunnya berada di kota ini besama orang-orang dengan berbagai kesibukan, dan seribu kepentingan masing-masing, banyak hal menarik yang telah terlalui, dari mulai cerita cinta, bahagia, canda, tawa, uang, sosial, hingga sampai kejadian aneh.Pagi tadi, ketakutan menghampiriku. Halus, namun terasa benar perihnya.

“Aku takut bahwa orang melihatku terlampau sibuk dan terlalu lelah, padahal sejatinya kedua hal itu tak membawa sedikit pun kemanfaatan untuk dunia dan akhiratku.

Namun, benarkah aku takut? Ataukah, aku hanya berpura-pura dihinggapi ketakutan agar aku jauh dari rasa bersalah? Agar aku tetap menjadi Sang Protagonis yang oleh orang lain selalu dipuji. Tulus? Jujur? Apa adanya? Mungkin itu benar-benar asumsi mereka yang keliru.
Ada kejadian yang hampir selalu kita alami, yang justru membuatku begitu terhibur yaitu selalu ditegur bapak kost dengan alasan selalu membuat keramaian, bagi saya itu hal yang begitu menarik dan ku anggap itu hiburan pengantar tidurku, karena sangking sudah terbiasa dengan suara bapak kost yang satu ini, hingga menjadi sebuah habits yang hampir kita dengar, juga canda yang hampir selalu kita lakukan disetiap malam dapat meringankan penat otakku.


Pendidikan yang mengantarkanku di kota ini yang dulu cerita dan suasana ini hanya sebuah harapan, menjadi seorang mahasiswa yang sok mandiri dan dewasa, menjauh dari kehidupan orang tua dengan dalih kata-kata " ini caraku mebahagiakannya".


Hingga pada saatnya waktuku di bangku akademis telah usai tapi diriku masih memilih untuk menetap di kota ini, dan memilih untuk menjadi seorang guru dengan alasan classicku bahawasanya cara merubah bangsa ini hanya dengan melalui pendidikan khususnya pendidikan tingkat dasar, karena bagi saya bangku inilah ranah efektif untuk memberikan pendidikan yang lebih baik, dengan menanamkan doktrin keilmuan agar dapat menjadi embrio-embrio manusia sebagai insan cita yang sesuai dengan tujuan fitrah manusia sebagai khalifatul fil ardhi.


Satu lagi tentang idealisku sebagai manusia yang memang sudah berkultur menjadi sosok yang organisatoris yang kadang kala jika menuruti ego, maka memang hal ini tidak terlalu berguna untuk masa depan pribadiku, tapi pemikiran-pemikiran itu harus mulai ku hilangkan setelah melihat ternyata bangsa ini begitu membutuhkan bantuan kita, ada sebuah cerita menarik kenapa saya mengatakan demikian, kiranya 1 bulan yang lalu setelah murid-murid saya yang kelas 6 selesai menjalankan ujian kelulusan, dan pasca itu mereka memang harus wajib melanjutkan ke jenjang selanjutnya, tapi ada 2 anak yang bisa membuat air mata saya tak bisa ku tahan dan harus menetes di hadapan mereka, sosok guru yang tidak pernah rela jika anak-anaknya harus selesai di bangku ini, sedangkan kita lihat tuntutan zaman yang begitu keras membuat kita harus saling berlomba untuk mendapatkan yang terbaik.


Dan dari cerita ini semakin membuatku lebih dewasa, dan mengantarkan kakiku untuk melangkah ke tempat sebuah yayasan panti asuhan yang cukup kecil dan terletak di pinggiran di kota kini, di situ mulailah saya terpaksa harus masuk ke ranah organisasi kembali, yang sebenarnya ingin segera ku tinggalkan, tapi ini memang jalanku untuk melakukan pengabdian bersama 2 murid-murid saya, mungkin ini cara tuhan untuk mendewasakan diriku.


Maka kali ini ceritaku di kota ini akan bertambah, juga kedewasaanku... dan sekali lagi hidup ini tentang fluktuasi dan cerita yang membuatku dewasa bukan cinta, dan definisi cinta bagi saya adalah pengabdian, pengabdian hati saya, pengabdian pemikiran saya, pengabdian waktu saya, pengabdian perhatian saya, pengabdian lelah saya, capek saya, dan pengabdian hidup dan mati saya,dan insyaallah Allah tujuan saya, satu lagi terima kasih untuk kawan-kawan kantor, kawan organisasi, sahabat kost yang selalu membuatku tertawa hahaha, dan Umiiii ku yang selalu membuat ku lebih dewasa .
:) 






No comments: