Monday 29 February 2016

Dari Diskusi, Ngaji, Hingga Calon Istri


Bukan sekedar makna sosial, bukan sekedar emosional, 
dan bukan sekedar pemikiran rasional
akan lebih banyak lagi definisi tentang cinta, 
bisa menjadi sebuah musibah atau akan menjadi muhibbah ?

Sekitar bulan september disebuah tempat camp yang agak jauh dari beradaban dan pertarungan manusia untuk sebuah kemapanan diri, dengan tujuan untuk meninggalkan sejenak kehidupan yang penuh dengan keramaian dan kepentingan duniawi, sejenak saya hanya ingin menjadi manusia sufi yang tidak peduli dengan status yang memenjarakan manusia untuk bisa meraih kemerdekaannya terhadap dirinya dan fitrah. Alam selalu membuat diriku tertarik dan sampai kapanpun alam akan membuat sebuah tempat selalu berbeda, dan alam yang akan mengajarkan banyak hal untuk manusia, terlebih masalah katuhid'an, dan alam yang akan memberi kehidupan yang lebih untuk menghidupkan akan tata nilai dalam mengatur pola kehidupan, meskipun kata Ali Syariati alam juga termasuk penjara manusia.

Kupikir ini hanya camp biasa yang bernuansa seperti biasa, karena dari awal tujuan saya hanya ingin menghilangkan kepenatan dari rutinitasku, tapi ternyata berbeda dari perkiraan, di depan api unggun dan secangkir kopi yang menemani kita, kembali idealisku harus terkuak, dengan sebuah diskusi yang sebenarnya tidak perlu didiskusikan, karena materi ini sudah cukup lama terbahas, hanya saja ada bangsa hawa yang membuatku cukup agak emosi, dengan sikap ngeyelnya, awalnya saya beranggapan dirimu fundamental, tapi saya salah, mungkin karena itu yang membuat idealisku harus terkuak kembali, ahhhh sikap rasionalitasmu dengan gaya yang agak nyebeli, ternyata membuat saya tertarik untuk berdiskusi lebih jauh.

Dari mulai rokok yang dirimu tetap kukuh dengan dalih kesehatan yang membuatmu menolak hal itu, meskipun saya sudah menjelaskan dengan beberapa data yang pernah saya dapat mulai dari data kuantitas kematian dari sebuah negara dengan populasi perokok terbesar juga pengharaman MUI yang disebabkan karena mendapat kucuran dana dari WHO juga alasan kemenkes yang memberikan tulisan kritis tentang kesehatan di setiap bungkusnya, tapi ternyata hal itu t,k merubah alasan kontra rasionalmu, hingga sampai ke diskusi masalah cinta mungkin masalah ini agak beda tidak ada polemik karena sepemahaman. Diskusi demi diskusi mulai terbahas dan membuat semakin menarik, terlihat dari mata yang tak mau enggan terpecam justru semakin terbuka, dingin menjadi selimut perang intelektual kami, hingga tak terasa fajar sudah terlihat. Dari sinilah awal perjumpaan kami dari diskusi yang tidak kusangka akan menjadi rasa yang tanpa materi katanya ini suara hati haha.

Katamu pertemuan kita adalah takdir, entah benar atau tidak tapi jujur saya tidak sepakat pemahaman saya mengenai takdir bukan saja tentang pertemuan yang tidak disengaja. Untuk memahami konsep takdir, menurut Islam tidak dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir, dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. 


Pada masa nubuah,wujud ( Lauh ) yang dikenal oleh para sahabat adalah sebidang papan atau tulang yang biasa ditulisi. Papan dan tulang itu hanya disebut Lauh jika sudah ditulisi.Sedangkan "Qalam"adalah alat tulis atau pena. Pada masa itu"Qalam"berupa bulu unggas yang dipakai untuk menulis setelah dicelupkan ke tinta terlebih dahulu atau sebatang ranting/ kayu yang diruncingkan untuk mengores "Lauh". Demikianlah penggambaran yang diberikan oleh Ibnu Manzhur dalam kitab "Lisanul Arab".


Mengenai Lauh Mahfuzh (Lauh yang selalu dijaga) dan pena yang telah menulisinya ada sebuah atsar marfu'dari Ibnu 'Abbas. Beliau berkata,"sesungguhnya Allah menciptakan Lauh Mahfuzh dari mutiara putih. Kedua sampulnya dari permata yaqut merah. Qalamnya adalah cahaya, tulisanya adalah cahaya, dan lebarnya sejarak antara langit dan bumi,"Tulisan pada Lauh Mahfuzh"

Takdir Allah untuk setiap dan semua mahluk bresifat azali. Sebelum Allah menciptakan semua mahluk temasuk Qalam dan Lauh Mahfuzh-Allah sudah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh setiap makhluk. Kemudian pada masa 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi Allah menciptakan Qalam, lalu diperintahkanya Qalam untuk menulis semua takdir. Hal ini dapat kita pahami dari kedua hadist berikut ini:
"Allah menulis takdir pada mahkluk 50.000 tahun sebelum diciptakanya semua langit dan bumi."(H.R.Muslim dari Abdullah bin 'Amru bin 'Ash)

Maksudku adalah takdir adalah sesuatu yang sudah diatur dalam sebuah pena yang dituliskan dalam sebuah kertas yang disebut dengan Lauh Mahfuzh, dan semua hal tersebut sudah diatur dan menjadi ketentuan dan Al-Haq oleh Allah, dan saya lebih sepakat bahwa pertemuan kita adalah sebuah proses atau kejadian yang telah diikhtiarkan oleh manusia untuk menemui takdir yang menjadi intepretasi tersendiri mengenai pola kehidupan manusia sebagai makhluk sosial

Materi takdir menjadi diskusi sekaligus kajian lanjutan kami pasca diskusi digunung, mungkin saya tidak bisa menjelaskan sekeren Nurkholis Madjid dan Farabi, tapi setidaknya ada tata nilai yang tanpa sengaja telah kita bangun dan tumbuh bersama juga belajar bersama hingga menjadi sebuah kayakinan akan Qada yang telah dipercaya sebagai rukun iman hehe.

Hari demi hari terus berjalan kedewasaan mulai ditanyakan, seperti di tulisanku yang lalu yang berjudul proses yang akan membuat kita dewasa, dan ditulisan ini mulai terbahas dan terjadi kembali fluktuasi hidup menjadi ideologi baru yang semakin menarik untuk dibahas, fitrah perasaan manusia mulai muncul hati atau nafsu? Tuhan atau hantu ? pertanyaan itu kembali menjadi sebuah anomali lagi, yang jika boleh jujur saya sudah tidak ingin lagi merasakan rasa yang kuanggap makna sosial ini kembali hadir dalam hati dan otakku, kegalauanku mulai muncul kembali dan tidak bisa kubiarkan, mencoba mengembalikan pada Allah, entah rasa ini sebatas materi atau in materi, kenyamanan intelektual, kenyamanan liberal, kenyamanan rasional hingga emosional, dan tantangan juga makna perjuangan, dan demi massa yang telah menjadikan setiap perjalanan ini kita berharap banyak kebermanfaatan yang kita peroleh :) 

Mungkin dari sinilah semua rasa ini menjadi ada, diskusi ngaji hingga ingin ku jadikan istri, karena ketika banyak orang mendefinisakn kata cinta dengan banyak merangkai kata-kata, atau seribu makna seperti sebuah puisi :

Sekalipun Cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar.
Namun jika Cinta kudatangi, aku jadi malu pada keteranganku sendiri.
Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang.
Namun tanpa lidah,Cinta ternyata lebih terang
Sementara pena begitu tergesa gesa menuliskannya
Kata kata pecah berkeping keping begitu sampai kepada Cinta
Dalam menguraikan Cinta, akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keldai terbaring dalam Lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan Cinta dan perCintaan

Tapi bagi saya cinta hanya bisa didefinisakan dengan pernikahan
dan hingga akhirnya kuputuskan untuk berkata ya Ukhti " Ana uhibbuka fillah " dan kuberanikan untuk mengkhitbahmu dengan nama tuhan dan agamaku dengan segala kekuranganku juga atas dasar istikharahku.

Viaa,,,,, Mungkin aku tak akan jadi suami yang sempurna untuk -mu, tapi aku akan berusaha menjadi suami yang terbaik.
Via,,,,Aku takkan berjanji untuk cintai-mu sepenuh hati -ku, sebab aku akan letak Allah dan Rasulnya penuh-penuh dalam hati ini dan baru setelah itu dirimu..
Via,,,,Aku takkan berjanji untuk takkan buat kau menangis, tapi bila aku ada, aku akan coba seka setiap air mata yang menitis semampu-ku...
Via,,,,Aku takkan beri kan kau harapan untuk bersama-ku selama-lamanya, sebab suatu hari aku akan pergi dari-mu karena sebuah kematian.
Via,,,,Aku akan ajarkan dirimu, tiada jaminan atas setiap hal yang berlaku. Hidup kita umpama pensil. Pasti ada yang memegang hidup kita, yaitu Allah. Jangan berharap pada hidup. Biarpun hidupmu ,merasa cukup hidup bersama-ku, tapi itu masih tak cukup... Kita akan ajarkan diri ,( there is no guarantee in life.)
Tapi satu hal yang ingin aku pastikan, aku ingin jumpa denganmu di pintu syurga nanti..Aamiin...
Dengan hamdallah....ku piiiiinang diri-mu....!!!

Terima kasih untuk semuanya hingga sampai detik ini dan satu hal yang selalu saya ucapkan perjuanganku tidak akan berhenti seperti tulisan ini, perjuanganku tidak akan berhenti seperti film anime yang sering kamu lihat, Insyaallah perjuanganku akan berhenti dengan lafadz "qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan" untuk pengikat kehalalanmu untukku, akan saya utamakan diriku dibanding orang lain jika untuk urusan ibadah " Al-iitsaaru bi al-qurbi makruuhun, wa fii ghoiriha mahbuubun " dan jika boleh berharap dan diizinkan oleh Allah maka ingin rasanya aku yang memegang pena dan menuliskan sendiri di kertas Lauh Mahfuzh, tapi sayang ternyata Allah tidak memberikan tintanya untuk bisa menuliskannya :) 


No comments: