Tuesday 16 December 2014

Indonesia Masih Subuh

Kata indonesia mempunyai seribu sejarah yang memang patut kita review kembali, berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di abad-19 dengan seribu sebutan bangsa lain dari mulai Nan-hai, Dwipantara, Jaza'ir al-Jawi, Nederlandsch-Indie hingga saat ini kita sebut Indonesia, dan pertanyaannya adalah siapa yang memberi nama Nusantara ini menjadi Indonesia, dan berapa orang yang tau akan filosofinya?

Aku teringat sebuah iklan Unilever di salah satu TV swasta, di dalam iklan tersebut seorang wanita yang masih muda memberikan sebuah gagasan tentang masa depan untuk sanitasi yang lebih baik,
pada para nelayan dengan suara yang keren kupikir, wanita tersebut berkata :
 " Tantangan terbesar kita adalah sifat Apatis " 

Sedikit kata yang membuat otaku berfikir dan membenarkan kata-kata tersebut, dan Nusantara saat ini butuh pemikiran dari rakyat bukan hanya pemimpin dengan seribu alasan yang non komplek untuk menerjemahkan kata Nusantara menjadi Indonesia, Kritis akan jadi bumbu demokrasi yang menurutku itu lebih layak dari pada diam dan sibuk dengan perut masing-masing.

Aku teringat pada sebuah film pendek yang disutradarai oleh Lanang Sumarjana, film tersebut menceritakan tentang Analogi Indonesia dalam kibaran merah putih. Bora, seorang anak berjiwa nasionalis dan optimis. Penghasilan yang pas-pasan sebagai tukang semir sepatu tidak menyurutkan semangatnya untuk menjaga kewibawaan merah putih. Namun, perjuangan Bora tidak mulus, yang kemudian menuju pada sebuah kekecewaan. Kekecewaan Bora seakan mengajak kita merenung bahwa ternyata Negeri ini memang masih tidur. Indonesia masih subuh.

YA INDOENSIA MASIH SUBUH....
dan butuh sebuah intelektual jama'ah untuk membangunkannya dan berdiri untuk mengambil air wudzu, analogi ini bukan hanya sekedar masalah fiqih yang diimplementasikan pada sebuah nilai-nilai kebangsaan yang ber-adab, tapi ini tentang intepretasi diri terhadap bumi kelahiran yang kupijak, tentang pertanggung jawaban rakyat untuk bangsa tinggalnya.

Suwardi Suryaningrat yang menyebut nama Indoneisa pertama kali bukan hanya sekedar sebutan yang menirukan bahasa temuan dari James Richardson Logan atau sekedar mengartikannya dengan Pulau-pulau Hindia, tapi filosofi katanya yang menggugat bangsa penjajah hingga kalian dapat memikirkan perut sendiri hingga sampai saat ini, tapi dimana titik para kaum intelektual untuk membangunkan bangsa ini dengan berbagai filosofi yang telah ada, apa semua itu sudah hilang begitu saja bersamaan dengan sabda-sabda apatis kita ?



#sekedar hanya untuk nunggu hujan reda :)

No comments: