Saturday 10 May 2014

Makna sebuah idealisme

 

Dan kamu bilang kamu telah cukup banyak mengajariku tentang idealisme 

Tentang kekuatan sebuah karakter untuk bertahan dalam situasi paling pelik sekalipun

Kupikir…

Mendengar kalian bicara di masa lalu itu
Tentang arti sebuah bangsa dan koar-koar makna kebangsaan
Sudah cukup membekaliku menghadapi rimba kehidupan di masa depan
Masih kuingat…


Teriak-teriak lantangmu di hadapan masa yang membajir peluh di bawah terik matahari
Menyuarakan tentang semangat untuk merubah bangsa ini
Yang kecintaamu kala itu dipersembahkan dalam makna sebuah orasi
Kukira…



Itu cukup untuk mengeraskan niatku menjadi karang agar tak terhempas oleh roda birokrasi
Oleh abrasi budaya tak pantas bangsaku

Itu mimpi saudaraku
Kuberitahu hari ini! Itu tak ada arti temanku!
Tak ada harga sebuah idealisme di sini


Di sini kamu akan hidup untuk bertahan mengais sebuah kesempatan demi sekedar menggelar apa yang disebut setitik aktualisasi keilmuan
Di sini pembelajaranmu akan menjerit karena ia kini diabaikan…
Disisihkan… Dilupakan… Dan ia menangis…


Idealisme itu kawanku… Runtuh! Gugur di hari pertama aku duduk di kursi ini!
Di pojok ruangan itu, air mataku meleleh, karena aku tak minta banyak pada republik ini
Hanyalah agar aku jadi makhluk berguna bagi tanahku dilahirkan
Rupiah bukan urusan utama bagiku, meski aku tak bilang aku tak butuh
Tapi aku mau berguna bagi negeriku ini dan melihat ke belakang 30 tahun kemudian, negeriku menjadi lebih layak untuk ditinggali, menjadi lebih pantas untuk dibanggakan, menjadi lebih utama untuk diperhitungkan…

Bukankah masih segar segala pikuk itu di tahun lalu
Jiwa-jiwa mahasiswa yang menggelora dan bertekad sekeras baja


Tapi…


Hari ini temanku, kamu… dan aku…. telah menjadi bagian dari sebuah institusi
Tempat di mana integritas dan profesionalisme kita abdikan dalam pertukaran yang disebut gaji bulanan
Atau sebuah status… atau sebuah gengsi… atau sebuah kebanggaan…

Mungkin sebagian dari kita cukup beruntung untuk hidup dan mengabdi yang juga mampu memuaskan rasa idealisme dan kepuasan pribadi

Namun untukku teman, itu sebuah kemewahan yang harus kuperjuangkan dengan sangat keras, perjuangan yang seringkali, membuatku merasa lemah dan tidak mampu untuk menang, bahkan menyangkal bahwa ini tanah perjuanganku… Penyangkalan temanku! Hingga sebuah penyangkalan akhirnya tersirat dalam pikiran dan nuraniku saking aku merasa tak berdaya di sini…

No comments: